TAUCO
Bumbu
bercita rasa khas ini adalah salah satu produk kedelai yang difermentasikan,
dan menghasilkan rasa, warna, aroma dan tekstur yang pas untuk flavoring agent.
Yang saya tahu, tauco sangat luas dikenal dari ujung utara Sumatera sampai
seluruh Jawa, dan saya cukup yakin sampai Kalimantan, Sulawesi dan pulau lain juga
mengenal tauco dengan kekhasannya sendiri.
Masing-masing daerah biasanya klaim bahwa tauco dari daerah mereka lah
yang nomer satu, persis seperti kecap, semuanya nomer satu, tidak ada nomer dua
sama sekali.
Sampai
saat ini pada umumnya tauco dibuat secara spontan, dalam artian belum ada
standarisasi jenis mikroba tertentu yang menghasilkan fermentasi tauco ini.
Karena pengaruh fermentasi spontan sesuai dengan tempat masing-masing
dibuatnya, membuat tauco dari satu daerah ke daerah lain berbeda citarasa,
warna dan teksturnya.
Jenis
tauco ada dua macam yaitu bentuk kering dan bentuk basah, sedangkan dari
rasanya dibedakan atas yang asin dan yang manis. Perbedaannya terletak dari
jumlah air dan banyaknya gula yang ditambahkan.
Bahan
baku yang sering digunakan untuk membuat tauco adalah kedelai hitam atau
kedelai kuning, tetapi yang sering dan umum digunakan adalah kedelai hitam.
Bahan tambahan untuk pembuatan tauco adalah berbagai jenis tepung seperti
tepung terigu, tapung beras atau tepung beras ketan.
Prinsip
dasar pembuatan tauco adalah fermentasi 2 tahap, yaitu fermentasi kapang dan
fermentasi garam. Tahapan persiapannya adalah: merendam, mencuci, mengukus,
penirisan, penambahan ragi, fermentasi dan dilanjutkan dengan perendaman dalam
larutan garam.
Tujuan
perendaman kedelai pada tahap awal adalah untuk memudahkan pengupasan kulit
kedelai, mengembangkan biji kedelai dan untuk membantu mempercepat pengukusan
atau perebusan. Perendaman kedelai biasanya dilakukan semalam atau sekitar 20
sampai 22 jam.
Karena
proses fermentasi ini, struktur protein di dalam kedelai terpecah-pecah menjadi
berbagai macam asam amino. Berbagai asam amino ini bercampur dengan garam yang
ditambahkan, membentuk kandungan umami yang tinggi sekali. Umami adalah sebutan
komponen rasa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi gurih. Rasa
gurih/umami terjadi karena terbentuknya MSG alami dalam tauco.
MSG
seperti kita ketahui adalah singkatan Mono Sodium Glutamat, di mana sodium
adalah nama lain dari Natrium dan glutamat dari asam glutamat – salah satu
bentuk asam amino alami. Reaksi antara asam glutamat dan natrium chorida (NaCl
= garam) menghasilkan senyawa baru Mono Sodium Glutamat.
Rasa
gurih inilah yang kita dapatkan sewaktu kita memasak menggunakan salah satu
komponen bumbunya tauco. Tidaklah mengherankan jika rasa masakan berbumbu tauco
kaya rasa, aroma dan lezat karena pengaruh MSG alami ini.
Beberapa
nama lain tauco: soybean paste, doenjang, dwenjang, miso, cheonggukjang,
dajiang; adalah berbagai nama di berbagai negara yang memiliki kekhasan mereka
sendiri produk sejenis atau mirip dengan tauco. Perbedaannya dengan tauco
adalah jenis kedelai – biasanya kedelai setempat yang memiliki citarasa dan
aroma sendiri dan juga bakteri fermentasinya yang biasanya merupakan bakteri tertentu
strain setempat.
Cara Pembuatan
1.
Perendaman.
Kedelai dibersihkan dan dicuci sampai bersih. Kemudian kedelai direndam di
dalam air bersih selama 12-24 jam.
2.
Pengupasan
dan pembuangan kulit. Kedelai dimasukkan ke dalam karung atau bakul, kemudian
diinjak-injak sehingga terbelah dua, dan kulit biji terkelupas. Kulit biji
dibuang, dan biji dicuci sampai bersih. Pengupasan dan pembuangan kulit-kulit
juga dapat dilakukan dengan menggunakan mesin.
3.
Perebusan.
Biji direbus selama 1-2 jam. Kemudian ditiriskan.
4.
Penambahan
tepung beras. Biji kedelai yang telah ditiriskan, ditambah dengan tepung beras.
Sebelumnya, tepung beras ini telah disangrai. Tiap 10 kg kedelai ditambah
dengan tepung beras sebanyak 2 kg. Pengadukan dilakukan agar kedelai dan tepung
beras tercampur rata.
5.
Fermentasi
kapang. Campuran kedelai tepung beras ditaburi dengan ragi tempe (1 gram tempe
untuk tiap kg kedelai), diaduk agar tercampur rata, dan selanjutnya dihamparkan
diatas tampah setinggi 2-3 cm. Campuran ini ditutup dengan daun pisang. Tampah
diletakkan di atas para-para yang terlindung dari serangga, panas dan hujan.
Fermentasi ini berlangsung selama 2-3 hari sampai terbentuk tempe yang lebat
pertumbuhan kapangnya.
6.
Penjemuran
tempe. Tempe disuir-suir atau dilepaskan butiran-butirannya. Setelah itu
butiran tempe dijemur sampai kering.
7.
Penyiapan
larutan garam 20%. Untuk membuat 10 liter larutan garam 20% dilakukan dengan
cara berikut. Garam sebanyak 2 kg dimasukkan ke dalam ember, kemudian
ditambahkan air sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai volume larutan
menjadi 10 liter.
8.
Fermentasi
garam. Butiran tempe kering direndam di dalam larutan garam. Tiap kg kedelai
membutuhkan larutan garam sebanyak 1 liter . Prendaman di lakukan di dalam
wadah perendam selama 2 minggu. Hasil fermentasi disebut dengan tauco mentah.
9.
Penyiapan
bumbu.
10.
Gula
merah diiris-iris, kemudian dilarutkan dengan air (tiap kg kedelai membutuhkan
250 gram gula merah, dan 25 ml air untuk melarutkan gula tersebut).
11.
Jahe
dan lengkuas dikupas kemudian dipukul-pukul sampai memar (tiap kg kedelai
membutuhkan jahe dan laos, masing-masing 20 gram), dan
12.
Jahe
dan lengkuas dimasukkan ke dalam larutan gula, kemudian dimasak sampai mendidih
dan disaring dengan kain saring. Larutan ini disebut larutan gula berbumbu, dan
digunakan untuk membumbui tauco.
13.
Pembumbuan
dan perebusan tauco. Tauco mentah ditambah dengan larutan gula berbumbu.
Kemudian tauco mentah dididihkan selama 3-4 jam sehingga cairan tauco
mengental. Hasil perebusan ini disebut sebagai tauco masak. Tauco masak dapat
ditambah dengan monosodium glutamat sebanyak 1 gram untuk tiap kg tauco, agar
memberikan rasa yang lebih sedap terhadap masakan.
14.
Pengemasan.
Tauco masak dikemas di dalam kantong plastik dan mulut kantong diikat dengan
gelang karet kuat-kuat.